Apa yang dibenak anda apabila mendengar tanduk? Sesuatu yang tajam dan dapat membuat terluka? Atau teringat dengan beberapa nama binatang bertanduk? Ya, anda tepat sekali dan apa hubungannya dengan Kotagede? Kota yang terletak di tenggara kota Yogyakarta ini menyimpan potensi wisata maupun pusat oleh-oleh kerajinan. Kotagede selama ini sangat terkenal dengan kerajinan peraknya. Namun ternyata di Kotagede juga terdapat pengrajin barang yang lain diantaranya adalah kerajinan tanduk.
Kerajinan ini merupakan salah satu kerajinan tradisional usaha rakyat yang menggunakan bahan baku dari tanduk untuk membuat berbagai macam alat atau barang-barang kerajinan yang tidak hanya digunakan untuk pajangan atau asesoris saja, tetapi hasil dari kerajinan ini juga dapat digunakan untuk menunjang keperluan sehari-hari. Produk-produk kerajinan tanduk diantaranya adalah sisir, gelang, penggaruk badan, pegangan untuk keris dan bahkan sampai dengan frame kacamata.
Bahan tanduk yang sering dipakai adalah tanduk kerbau dan sapi. Bahan kerajian yang berasal dari tanduk kerbau biasanya memiliki harga yang lebih mahal, karena bahan tanduk kerbau memiliki kualitas yang lebih bagus dan bahan bakunya lebih sulit di dapat sehingga harga menjadi lebih tinggi.
Kerajinan tanduk ini sekarang memang tidak begitu banyak terdengar di kota ini. Salah satu yang bertahan adalah kerajinan tanduk milik Pak Harto, Laki-laki berumur kurang lebih 65 tahun yang memiliki 4 putra dan 5 orang cucu ini memiliki usaha kerajinan ini sejak tahun 1972 dan berproduksi di daerah Kalurahan Purbayan Kotagede. Dahulu sekitar tahun 1974 sampai 1978 para pengrajin tanduk ini cukup banyak dan mengalami masa keemasan. tetapi sekarang nasib kerajinan tanduk ini bagaikan peribahasa ”Hidup segan mati tak mau”. Kelangkaan bahan baku menjadi sebab utama banyak pengrajin gulung tikar. Negara asing mulai membidik pasar kerajinan tanduk ini. Banyak bahan baku tanduk yang diekspor ke Malaysia untuk dijadikan barang kerajinan yang menggunakan mesin-mesin canggih. Selain itu mungkin juga digunakan untuk keperluan lain yang bernilai jual tinggi sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih bervariasi dan memiliki nilai kegunaan yang lebih tinggi.
Akankah kerajinan tanduk akan bernasib sama dengan batik? Atau kesenian lain yang dijiplak dan diakui sebagai budaya bangsa asing? Pak Harto mencoba bertahan hingga sekarang untuk tetap melestarikan budaya kerajinan tradisional dan berusaha untuk tetap menghidupi dirinya dan keluarganya. Anda berminat dengan hasil kerajinan ini? Barang-barang kerajinan ini dijual dengan harga yang cukup murah. Rata-rata produknya dijual kurang dari Rp10.000. Misalnya sisir, gelang dihargai Rp. 6.000 tergantung dari besar dan jenis tanduk serta tingkat kualitas pengerjaannya, karena ada jenis sisir yang sangat kecil dengan pengerjaan ketlitian tingkat tinggi. Gelang mulai Rp 6000. Penggaruk punggung Rp. 6.000 – Rp 8.000. Yang cukup menarik perhatian adalah frame kacamata yang dihargai Rp 30.000. Bentuknya cukup unik dan sangat kental dengan citra tradisional.
Jika anda berminat atau anda seorang investor dan penikmat seni kerajinan tangan bisa langsung datang ke gallery kerajinan tanduk Pak Harto dengan alamat Gedongan, RW 3, RT 7, No.110 Kalurahan Purbayan Kotagede atau via telp. (0274) 7141632, (0274) 7823731
Komentar terakhir